Tawakkal dibalas dengan kecukupan dan pertolongan dari Allah Yang Maha Mencukupi. Dialah yang mencukupi hamba-Nya di saat mereka butuh dan dalam keadaan sangat berharap. Kecukupan khusus yang Allah berikan adalah untuk orang beriman dan yang bertawakkal pada-Nya. Kecukupan yang dimaksud meliputi kecukupan dunia dan akhirat.
Allah Ta’ala berfirman,
أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ
“Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya.” (QS. Az Zumar: 36).
وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا
“Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu)” (QS. An Nisa’: 6).
Di antara nama Allah adalah ‘Al Hasiib’. Maksud dari nama tersebut adalah bahwa Allah Maha Mencukupi hamba-Nya dalam urusan dunia dan agamanya yang mereka butuhkan. Allahlah yang memudahkan setiap kebutuhan dan Dialah yang menolak segala yang tidak disukai. Begitu pula maksud nama tersebut adalah Allah menjaga setiap apa yang hamba perbuat, Dialah yang memilih manakah amalan yang rusak, manakah amalan yang baik, lalu Allah yang membalasnya dengan pahala dan siksa.
Sedangkan maksud nama Allah ‘Al Kaafi’ adalah Allah Maha Mencukupi seluruh hamba secara umum maupun khusus. Mencukupi secara umum maksudnya Allah mencukupi seluruh makhluk, mencukupi, memberi makan dan memberi minum pada mereka. Sedangkan secara khusus, Allah mencukupi setiap hamba yang bertawakkal, menyandarkan hati pada-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam ayat,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” (QS. Ath Tholaq: 3).
Tawakkal inilah sebab meraih kecukupan dari Allah. Kecukupan di sini diberikan pada wali Allah yang beriman dan bertakwa.
Ibnul Qayyim berkata, “Tawakkal adalah sebab terbesar yang membuatnya bisa mengatasi gangguan, kezholiman dan perlawanan dari makhluk terhadapnya. Tawakkal itulah sebab utama yang bisa menolong, dengan sikap ini pun akan mencukupi hamba. Jika Allah telah mencukupi, maka lawan pun mustahil untuk menundukkan hamba. Tidak ada pula yang bisa memudhorotkan kecuali hal yang mesti ada seperti tertimpa panas, dingin, kelaparan atau kehausan. … Sebagian ulama salaf mengatakan bahwa Allah menjadikan bagi setiap amalan ada balasan yang sejenis dengannya. Sama halnya dengan tawakkal, Allah membalas dengan memberi kecukupan. Sebagaimana dalam ayat disebutkan (yang artinya), “Barangsiapa yang bertawakkal pada Allah, maka Allah akan beri kecukupan.” Di sini tidak dikatakan bahwa orang yang bertawakkal akan dibalas dengan pahala demikian dan demikian seperti balasan untuk amalan lainnya. Bahkan disebutkan balasan dari tawakkal adalah Allah sendiri yang mencukupinya. Jika seseorang benar-benar bertawakkal pada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar melalui langit dan bumi serta setiap makhluk di dalamnya yang Allah tundukkan, Allah akan mencukupi dan menolong orang yang bertawakkal tersebut.” (Badai’ul Fawaid, 2: 766-777).
Di kitab lainnya, Ibnul Qayyim berkata,
ومن اشتغل بالله عن الناس كفاه الله مؤونة الناس ومن اشتغل بنفسه عن الله وكله الله الي نفسه ومن اشتغل بالناس عن الله وكله الله اليهم
“Barangsiapa yang menyibukkan dirinya dengan bersandar pada Allah (bukan bersandar pada makhluk), maka Allah akan mencukupi kebutuhannya. Sebaliknya, barangsiapa yang menyibukkan dirinya dengan bersandar pada dirinya sendiri (tidak tawakkal pada Allah), maka Allah akan membuatnya bersandar pada dirinya sendiri. Begitu pula jika seseorang bersandar pada manusia dan meninggalkan Allah, Allah pun akan membuat ia menggantungkan urusannya pada manusia (tanpa ada pertolongan dari Allah).” (Disebutkan dalam kitab Al Fawaid).
Apa yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim di atas senada dengan hadits berikut,
مَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ
“Barangsiapa yang mencari ridho Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan cukupkan dia dari beban manusia. Barangsiapa yang mencari ridho manusia namun Allah itu murka, maka Allah akan biarkan dia bergantung pada manusia.” (HR. Tirmidzi no. 2414 dan Ibnu Hibban no. 276. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dan maksud tawakkal adalah bersandarnya hati pada Allah dan mengambil sebab atau usaha untuk terwujudnya tujuan.
Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba yang bertawakkal. Tawakkal itulah kunci kecukupan dari Allah. Hanya Allah yang memberi taufik.
Referensi:
Syarh Asmail Husna fii Dhoil Kitab was Sunnah, Syaikh Dr. Sa’id bin Wahf Al Qohthoni, terbitan Maktabah Al Malik Fahd, cetakan ke-12, tahun 1431 H, hal. 117.
Fiqh Al Asmail Husna, Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrozaq bin ‘Abdul Muhsin Al Badr, terbitan Maktabah Al Malik Fahd, cetakan ke-2, tahun 1431 H, hal. 272-276.
Badai’ul Fawaid, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan Darul ‘Alamil Fawaid, cetakan ketiga, 1433 H.
@ Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunungkidul, 26 Jumadal Akhiroh 1434 H
Silakan follow status kami via Twitter @RumayshoCom, FB Muhammad Abduh Tuasikal dan FB Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat